Sumber
foto: Liputan6.com
|
Prof.
Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., di Jogja siapa yang tak mengenal beliau
saat ini? Kalau masih ada yang belum ken
al mari sejenak saya perkenalkan profil
singkat beliau ini.
Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., lahir di
Yogyakarta tanggal 6 Juni 1964. Selepas menyelesaikan pendidikan di SMAN 1
Yogyakarta, beliau melanjutkan pendidikannya di Teknik Geologi, Fakultas Teknik
UGM (1988). Setelah menyelesaikan S1, beliau lantas meneruskan pendidikan S2
dan S3 di Leeds University, Inggris. Dalam dunia akademik, prestasi beliau
sudah tidak perlu diragukan lagi, dari tahun 2011-2012 beliau termasuk The Fulbright Adjunct Professor di San Diego State University.
Dan tentunya masih banyak lagi yang lainya, yang jika dijabarkan satu-satu akan
panjang sekali. Jika anda ingin mengetahui profil beliau lebih lanjut silahkan
saja buka ugm.ac.id atau buka saja wikipedia lalu ketikan nama beliau, apabila
yang tercantum di situ masih dirasa belum cukup menurut anda, karena anda lebih
tahu banyak tentang beliau silahkan tambahkan sendiri saja, toh itu hanya
wikipedia.
Saat ini Prof. Dwikorita menjabat sebagai rektor wanita
pertama di UGM. Hebatnya sebelum menjadi rektor, beliau adalah Wakil Rektor
Kerjasama dan Alumni. Karirnya lantas melesat setelah beliau jadi salah satu
moderator debat calon presiden tahun 2014 silam yang mempertemukan alumni UGM
melawan alumni keluarga cendana, yang pada akhirnya dimenangkan oleh alumni
dari UGM dalam pemilihan umum. Seperti sudah menjadi sebuah konspirasi dari remason dan mamarika ketika Presidenya dari UGM, maka salah satu menterinya pun
harus dari UGM, diangkatlah rektor saat itu untuk menjadi menteri, sedangkan
untuk mengisi kursi rektor yang kosong diangkatlah Prof. Dwikorita yang sudah
membantu dalam debat capres sebelumnya, yaa itung-itung balas jasa toh tidak
ada salahnya kan..?
Ibu rektor ini sungguh fenomenal, sudah pintar, bergelar
Profesor dengan sederet prestasi yang mendunia, menjadi rektor wanita pertama
di UGM, cantik, pandai berpidato, pernah menjadi moderator debat capres, sayang
sama keluarga, bahkan mahasiswanya yang berjumlah ribuan itu pun beliau anggap
sebagai anaknya sendiri, karena beliau memegang teguh prinsip kasih ibu tak
terhingga sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia.
Di saat kampus-kampus lain berusaha dengan susah payah
untuk meredam gerakan mahasiswa yang dianggap dapat menggangu kondusifitas
perkuliahan khususnya dan kondusifitas negara pada umumnya, tapi berbeda dengan
rektor yang satu ini. Dwikorita dengan tegas dan jelas mengajak seluruh elemen
mahasiswa yang ada di UGM untuk bersama-sama melakukan aksi demonstrasi di
Balairung dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional, dengan mengangkat
isu yang begitu sensitif yaitu mengenai Uang Kuliah Tunggal. Padahal Balairung
adalah tempat beliau berkantor. Coba anda bayangkan, dimana di dunia ini ada
rektor yang mengajak seluruh mahasiswanya untuk mendemo dirinya ? Hanya ada di
UGM dan hanya Prof. Dwikorita yang bisa melakukanya !
Ya, walau itu semua hanyalah simulasi, UGM tidak
main-main dalam menjalankanya. Bagaikan Bung Tomo yang berpidato di RRI untuk
membakar semangat arek-arek Suroboyo agar bangkit melawan dan tidak gentar
dalam menghadapi serangan pasukan Inggris yang dilengkapi persenjataan canggih,
Dwikorita pun melakukan hal yang hampir sama. Untuk membakar semangat
mahasiswanya agar bisa hadir dalam simulasi demo 2 Mei, beliau melakukan siaran
di radio Swaragama FM, tentunya dengan semangat yang membara dan berapi-api
beliau menerangkan tujuan dari simulasi demo tersebut yaitu sebagai
pembelajaran dan praktek lapangan dalam mengemukakan pendapat sehingga
mahasiswa nantinya mampu memobilisasi masa dan pemprovokasi serta berdemo
dengan ramah dan sopan santun tanpa harus di iringi aksi pengerusakan dan bakar
ban apalagi bakar mantan! Beliaupun dengna jelas dan gamblang memaparkan
tuntutan-tuntutan apa saja yang akan diangkat pada simulasi demo nanti. Hasilnya
tentu bisa di tebak sendiri 7000-an mahasiswa UGM tumpah ruah di depan
Balairung, ini di klaim sebagai aksi masa terbesar setelah peristiwa 1998 dan
okupasi mahasiswa Vokasi di akhir tahun 2011 silam, bahkan sampai tayang di
RCTI, padahal ini cuman simulasi. Luar biasa bukan rektor UGM ini?
Setelah simulasi tanggal 2 Mei tersebut, kabarnya
September nanti, Prof Dwikorita akan mencanangkan demonstrasi sebagai mata
kuliah wajib dengan beban 4-8 SKS. Ini tentu merupakan angin surga bagi para
aktivis kampus, mereka tidak perlu repot untuk TA dan bolos, cukup mengambil
mata kulaih demonstrasi saja, aspirasi tersampaikan dapat nilai pula,
syukur-syukur bisa lulus dengan predikat cumlaude. Bagaimana, Prof. Ir.
Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., ini memang idaman para aktivis mahasiswa
bukan ?
Coba bayangkan, untuk simulasi saja sudah 7000 mahasiswa,
bagaimana kalau demo beneran? Bisa jadi seluruh mahasiwa UGM di tambah
mahasiswa pasca sarjana, di tambah mahasiswa lain di luar UGM yang ikut
bersolidaritas, pedangang kantin, pedagang sunmor dll. Ya, cukuplah untuk
menumbangkan pemerintahan Jokowi saat ini. Kalau sudah tumbang, jangan lupa langsung
angkat Prof. Dwikorita sebagai Presiden, agar tiap tanggal 2 Mei kita libur dan
bersama-sama melakukan simulasi di Istana Presiden.
Sayangnya langkah Prof. Dwikorita ini tidak sepenuhnya
mendapat dukungan dari semua fakultas. Kabar terakhir menyebutkan bahwa ada salah
satu BEM Fakultas di UGM berencana di bubarkan gara-gara ikut simulasi demo di
Rektorat. Mudah-mudahan ini cuma salah paham akibat tidak mendengarkan seruan
rektor di Swaragama malam sebelumnya.
Nah, maka dari itu, untuk adik-adik yang baru lulus SMA
apa sudah berpikir masak-masak untuk masuk UGM, untuk diajak demo bareng Bu
Rektor? Untuk para aktivis kampus lainya apakah sudah terpikir untuk pindah
kampus ke UGM ? Di sini bakal ada mata kuliah demo lhoo....