Adzan
Filsafat
Maghrib
Sudjiwotedjo
Maghrib
Sebenarnya sudah sejak lama ingin menuliskan
tentang ini, hanya saja selalu lupa dan malas sebetulnya, karena memang butuh
motivasi lebih ternyata untuk sekedar menulis saja. Baru hari ini terpikir
untuk menuliskanya kembali, terlebih setelah menonton sinetron yang tengah
booming sekarang-sekarang ini, apalagi untuk orang-orang Jawa Barat.
Ya sinetron Preman Pensiun yang
digawangi oleh seorang Didi Petet, yang mengabil setting di Bandung dengan
hampir keseluruhan pemainnya adalah orang-orang Sunda. Sebuah sinetron yang
mengangkat tema tentang sisi lain dari seorang preman, yang tidak ada
seram-seramnya malah cenderung lucu ya walaupun lucu itu adalah relatif.
Pada adegan
yang tayang hari ini 16 Februari 2015 dimana kang Didi Petet alias Kang Bahar
tengah berbincang dengan seorang teman kecilnya yang sama-sama menimba ilmu
silat dulu di Garut, kang Bahar menceritakan dirinya yang mulai solat lagi,
lalu Bagja si teman kecil menimpalinya dengan bahwa saat ini mereka sudah di ujung
senja, sudah dalam waktu maghrib, yang
sebentar lagi memasuki isya yang berarti sudah memasuki waktu untuk segera
beristirahat.
Entah mengapa,
setiap mendengar suara adzan itu rasanya selalu beda, antara subuh, dzuhur,
asar, maghrib atau isya, setiap waktu menyampaikan perasaanya masing-masing,
terlebih lagi waktu maghrib, yang seakan-akan mengingatkan akan kematian. Apabila kalian punya kesempatan untuk
menyendiri, coba rasakan sembari menikmati senja, dengarkan suara adzan yang
mengiringi matahari tebenam, apa yang kalian rasakan? Apakah yang kalian
rasakan sama dengan saya? Dimana maghrib memang mengingatkan kita akan
kematian? Mungkin tidak semuanya
merasakan apa yang saya rasakan.
Memang benar
apa yang dikatakan Bagja pada Kang Bahar, dimana Subuh adalah dimana kita lahir
dan menjalani masa kanak-kanak, dzuhur adalah dimana kita sudah beranjak remaja
dan mulai memiliki kewajiban, ashar dimana kita sudah dewasa, maghrib adalah
saat-saat senja dan tua yang tak lama lagi menyambut isya waktunya beristirahat
dan kembali pada sang Kuasa. Mungkin inilah alasan kenapa Allah menyuruh kita
sebagai umat islam untuk menjalankan shalat 5 waktu, yaitu untuk senantiasa
mengingat akan kehidupan dan kematian tentunya selain untuk senantiasa
mengingat pada-Nya. Karena sejatinya siklus kehidupan itu diatur dalam 5 waktu,
yaitu lahir atau anak-anak, remaja, dewasa, tua dan mati seperti halnya waktu
shalat, subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Mungkin juga inilah mengapa
waktu maghrib itu adalah waktu yang paling singkat dibanding yang lainya untuk
segera menuju isya, dan mungkin inilah kenapa isya itu waktunya begitu panjang
dibanding yang lainya. Sedang faktanya adalah perputaran bumi in ibaik itu
terhadap matahari yang menjadi pusat tata surya maupun terhadap dirinya sendiri
selalu diiringi dengan suara adzan entah itu subuh, dzuhur, ashar, maghrib
ataupun isya, yang berarti setiap diri manusia sedang memjalani fase
kehidupannya masing-masing, ada yang baru lahir, beranjak remaja, sudah dewasa,
menikmati masa tua dan ada yang sedang menunggu ajal menyambut kematian.
Jadi sedang
dalam fase apakah kita sekarang? Ingat maghrib itu waktu yang singkat !
Sumber foto: ummi-online.com |
Post a Comment