23th

1.
Iya! Hari ini hari kamis tanggal 7 di bulan Mei tahun 2015 masehi, dan diluar sedang purnama, bulan yang begitu indah karena dilihat dari sini, dari bumi, iya! Selain dilihat dari jauh, bulan menjadi indah oleh karena ia memantulkan cahaya yang diterimanya dari matahari, itulah mengapa ia bisa nampak dari sini tanpa harus menggunakan alat khusus. Padahal sejatinya, bulan itu tiada bagus-bagusnya, permukaan yang gersang dan banyak lubang besar disana-sini tak ubahnya seperti bekas jerawat, tetapi ketika ia mampu memantulkan cahaya yang ia terima dan dilihat dari jauh, maka tampak cantiklah ia. Ini lah pencitraan, pandangan mata mampu menipu. Sedemikian hebatnya pencitraan dari bulan, sampai-sampai ia mampu menyusup pada bait-bait puisi yang oleh karenanya seorang bisa dikenal sebagai seorang penyair. Selain itu banyak pula lelaki yang menjadikan bulan sebagai bahan untuk merayu seorang wanita guna mendapatkan hatinya, entah untuk dipacari ataupun diperistri, seperti "ooh... sungguh wajahmu cantik bagaikan rembulan..." dll. Berarti hebat sekali wanita itu yang wajahnya bagai rembulan, ia nampak cantik jika ada cahaya dan dilihat dari kejauhan. Hahaha.....!

2.
Iya! Hari ini hari  kamis, tanggal 7 Mei 2015. Dan tepat di hari kamis ini pula 23 tahun yang lalu aku hadir dalam alam yang baru, alam dunia, setelah sebelumnya ada di alam rahim, di dalam perut ibu ku. Disana, di dalam perut ibu itu hanya sebentar, tidak sampai setahun pun. Karena itulah tidak ada seorangpun yang mampu mengingat apa yang mereka lakukan disana. Kalau boleh menerka, pastilah disana suasananya hangat, sangat nyaman, tidak perlu mandi, tidak perlu pergi sekolah, tidak harus mengerjakan PR, tidak usah upacara kalau hari senin. Ujian nasional pun tidak ada, apalagi ujian hidup, selama hidup disana tidak harus membuat skripsi atau tugas akhir, karena ijazah disana tidak berguna. Bahkan saking nyamannya, kalau lapar tinggal nyuruh ibu yang makan, kita tinggal merasakannya dan kenyang, tidak harus cape ke dapur ambil makanan, lalu repot-repot mengunyahnya. Sangat nyaman bukan? Hangat dan penuh kasih sayang! Tapi menurutku tidak bagi Ibu, ada manusia lain yang menumpang hidup di dalam perutnya pastilah sangat menyusahkan, dan tidak enak rasanya. Bagiku yang seorang lelaki sungguh tidak terbayangkan jika ada makhluk lain di dalam perut dan ikut menumpang hidup, bagai benalu. Membayangkan perut yang gendut seperti badut, lalu bobot tubuh yang bertambah setiap harinya, sungguh sangat mengerikan, apalagi pastilah tidak ada satu orang perempuan pun yang menginginkan berpenampilan layaknya seorang badut, tubuh gemuk dengan perut yang buncit. Setiap perempuan pastilah menginginkan penampilan yang cantik, tubuh langsing, berat yang ideal, tinggi semampay, sehingga terlihat sangat aduhay. Belum lagi gerak tubuh yang terbatas, cepat lelah karena banyak energinya yang kita hisap dari dalam perut, tapi itu semua tidak serta merta melunturkan semua kasih sayangnya, tidak ada keluh kesah yang terlontar lantaran ada makhluk asing yang bersarang diperutnya, yang ada hanyalah doa-doa yang terucap setiap harinya, agar makhluk asing, bakal calon manusia yang sedang bersarang di perutnya dapat lahir dengan selamat dan tumbuh seperti apa yang diinginkannya. Mungkin karena itulah Tuhan sungguh sayang pada tiap-tiap wanita yang menjadi ibu, Ia tidak memperkenankan ada yang hidup didalam perutnya lebih dari 9 bulan. Cukup 9 bulan bagi seorang ibu untuk mengandung anaknya. 

3.
Iya! Hari kamis, 7 Mei 1992, yang berarti tepat hari ini, genap sudah 23 tahun menjadi seorang manusia. Manusia yang masih saja menyusahkan. Tidak tahu malu memang! Tidak cukupkah 9 bulan menumpang hidup di dalam perut, 2 tahun harus menyusu, masih pula harus dimandikan, dibersihkan dari berbagai kotoran, bahkan tidak jarang pula buang air sembarangan, bahkan di kamar. Iya! ketika itu, ketika belum bisa bicara dan berjalan, bahkan belum tahu mana itu ibu dan siapa itu ayah. Selepas bisa bicara dan berjalan pun masih pula harus diberi makan, disekolahkan, di belikan pakaian, dan tanpa tahu malu merengek minta di belikan mainan, dibelikan smartphone, dibelikan sepeda motor. Bahkan ada pula anak yang minta dibelikan mobil sampai minta dikawinkan sekalipun. Lantas aku, apa yang telah aku berikan pada mereka? Uang, rumah, motor, mobil? Rasa-rasanya mereka tak memerlukan itu, nyata-nyatanya merekalah yang banyak memberikan uang padaku, bahkan selama 23 tahun ini. Malu? Tentulah malu, dan sudah sepantasnyalah aku malu. Iya! Malu akan diriku sendiri. Manusia berumur 23 tahun ini hanya bisa menyusahkan, tanpa bisa memberi apapun, bahkan sekedar ijazah diploma saja belum bisa diberikan. Lihatlah ayam, ayam tidak pernah menyusahkan induknya. Selepas di erami, seekor anak ayam dapat langsung mencari makan sendiri, induknya tidak perlu repot mencarikan makan untuk mereka, apalagi repot membelikan pakaian, memikirkan sekolahnya ataupun tidak perlu pusing mendengar rengekan anak-anaknya yang meminta smartphone model terbaru agar bisa diakui diantara kawan-kawannya. Bahkan sekarang ini, induk ayam tidak perlu repot-repot lagi mengerami telur-telurnya, karena sekarang tugas mengerami itu telah digantikan oleh alat penetas telur, yang repot adalah manusia yang harus menciptakan alat penetas telur tersebut. Aku yakin, kedua orang tua ku itu tidaklah menuntut hal yang muluk-muluk, dan akupun yakin ini adalah harapan setiap orang tua pada tiap-tiap anaknya. Aku yakin mereka tidak menuntut materi dan tidak akan pernah menuntut itu, aku yakin yang mereka inginkan hanyalah aku menjadi manusia yang seutuhnya sebagai seorang manusia, yang menjalankan kewajibannya, bermanfaat bagi manusia lainya, berlaku sesuai dengan garis haluan yang telah ditetapkan Tuhan yang tertulis dalam kitab suci, dengan Muhammad sebagai titik acuannya. 

4.
Iya! Kamis ini, 7 Mei 2015, manusia yang genap berumur 23 tahun itu yang kalian berinama Dicky Maulana Syarifudin, yang masih saja menyusahkan, tidak tahu malu, masih banyak meminta, dan belum kelar sarjana, hanya mampu mengatakan maaf! Maaf untuk dirimu, seorang wanita tangguh yang telah mengiklaskan perutnya untuk kutinggali selama 9 bulan, yang telah mengiklaskan air susunya untuk ku minum selama 2 tahun, seorang wanita tercantik di dunia ini yang ku sebut ibu, dan untuk mu seorang lelaki tampan yang kusebut bapa,  yang telah dengan sukarela mencurahkan tenaga untuk selalu siaga menjaga, membimbing dan mengajarkan berbagai pelajaran hidup pada anak lelakimu. Maaf karena telah banyak menyusahkan, maaf karena masih saja begitu bebal  dan seringkali tidak mengindahkan nasihat-nasihat kalian bahkan seringkali melawan. Dan yang pasti belum bisa hidup dengan benar dan membahagiakan kalian. Iya! Hanya maaf itulah yang baru bisa kuberikan, bahkan untuk doa-doa, rasanya aku masih saja sombong, bahkan berdoa untuk diriku sendiri saja aku sering lupa. Tapi aku yakin, tanpa di pinta pun kalian akan senantiasa mendoakan ku, dan ini juga yang kau yakini, bahwasanya tiap-tiap orang tua pasti selalu mendoakan anaknya tanpa si anak minta. Bahkan Ibu Malin Kundang pun dengan iklas dan sukarela mendoakan anaknya, sampai anaknya menjadi batu. Kalau bukan karena doa sang ibu, Malin Kundang mungkin tidak akan seterkenal seperti sekarang ini. 

5.
Kamis, 7 Mei 2015, ku ucapkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena masih diberi kesempatan untuk tetap tinggal di bumi miliknya, untuk tetap bisa menikmati segarnya udara pagi hari, walau kadang ku bangun siang, untuk masih bisa merasakan nasi telor buatan tukang burjo, untuk masih bisa menikmati segelas kopi yang dipadukan dengan sebungkus roti yang seringkali aku lupa membayarnya, dan untuk masi bisa bertatap muka dengan mu walau hanya lewat layar laptop. Tak lupa ku ucapkan pula doa-doa untuk kedua orang tua ku, semoga mereka senantiasa diberikan keberkahan, kesehatan, dan umur panjang selalu, serta untuk kedua adiku, semoga apa yang mereka cita-citakan dapat tercapai dan melebihi capaian dariku. Juga untuk diriku sendiri, cepatlah lulus kawan, perbaiki ibadahmu, dan jadilah manusia yang tidak menyusahkan manusia lainnya! Dan tak lupa bagi tanah airku, Indonesia, yang mau tidak mau juga harus aku doakan, karena 23 tahun aku menginjak tanahnya dan menghabiskan airnya, sederhana saja untuk Indonesia, semoga orang yang hidup ditanahmu sejahtera semua! Serta Alhamdulillah....!

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Sookhee Lee. Diberdayakan oleh Blogger.