Dwikorita Rektor Idaman Aktivis Mahasiswa

Juni 01, 2016

Sumber foto: Liputan6.com


Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., di Jogja siapa yang tak mengenal beliau saat ini? Kalau masih ada yang belum ken al mari sejenak saya perkenalkan profil singkat beliau ini.
            Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., lahir di Yogyakarta tanggal 6 Juni 1964. Selepas menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Yogyakarta, beliau melanjutkan pendidikannya di Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM (1988). Setelah menyelesaikan S1, beliau lantas meneruskan pendidikan S2 dan S3 di Leeds University, Inggris. Dalam dunia akademik, prestasi beliau sudah tidak perlu diragukan lagi, dari tahun 2011-2012 beliau termasuk The Fulbright Adjunct Professor di San Diego State University. Dan tentunya masih banyak lagi yang lainya, yang jika dijabarkan satu-satu akan panjang sekali. Jika anda ingin mengetahui profil beliau lebih lanjut silahkan saja buka ugm.ac.id atau buka saja wikipedia lalu ketikan nama beliau, apabila yang tercantum di situ masih dirasa belum cukup menurut anda, karena anda lebih tahu banyak tentang beliau silahkan tambahkan sendiri saja, toh itu hanya wikipedia.
            Saat ini Prof. Dwikorita menjabat sebagai rektor wanita pertama di UGM. Hebatnya sebelum menjadi rektor, beliau adalah Wakil Rektor Kerjasama dan Alumni. Karirnya lantas melesat setelah beliau jadi salah satu moderator debat calon presiden tahun 2014 silam yang mempertemukan alumni UGM melawan alumni keluarga cendana, yang pada akhirnya dimenangkan oleh alumni dari UGM dalam pemilihan umum. Seperti sudah menjadi sebuah konspirasi dari remason dan mamarika ketika Presidenya dari UGM, maka salah satu menterinya pun harus dari UGM, diangkatlah rektor saat itu untuk menjadi menteri, sedangkan untuk mengisi kursi rektor yang kosong diangkatlah Prof. Dwikorita yang sudah membantu dalam debat capres sebelumnya, yaa itung-itung balas jasa toh tidak ada salahnya kan..?
            Ibu rektor ini sungguh fenomenal, sudah pintar, bergelar Profesor dengan sederet prestasi yang mendunia, menjadi rektor wanita pertama di UGM, cantik, pandai berpidato, pernah menjadi moderator debat capres, sayang sama keluarga, bahkan mahasiswanya yang berjumlah ribuan itu pun beliau anggap sebagai anaknya sendiri, karena beliau memegang teguh prinsip kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia.
            Di saat kampus-kampus lain berusaha dengan susah payah untuk meredam gerakan mahasiswa yang dianggap dapat menggangu kondusifitas perkuliahan khususnya dan kondusifitas negara pada umumnya, tapi berbeda dengan rektor yang satu ini. Dwikorita dengan tegas dan jelas mengajak seluruh elemen mahasiswa yang ada di UGM untuk bersama-sama melakukan aksi demonstrasi di Balairung dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional, dengan mengangkat isu yang begitu sensitif yaitu mengenai Uang Kuliah Tunggal. Padahal Balairung adalah tempat beliau berkantor. Coba anda bayangkan, dimana di dunia ini ada rektor yang mengajak seluruh mahasiswanya untuk mendemo dirinya ? Hanya ada di UGM dan hanya Prof. Dwikorita yang bisa melakukanya !
            Ya, walau itu semua hanyalah simulasi, UGM tidak main-main dalam menjalankanya. Bagaikan Bung Tomo yang berpidato di RRI untuk membakar semangat arek-arek Suroboyo agar bangkit melawan dan tidak gentar dalam menghadapi serangan pasukan Inggris yang dilengkapi persenjataan canggih, Dwikorita pun melakukan hal yang hampir sama. Untuk membakar semangat mahasiswanya agar bisa hadir dalam simulasi demo 2 Mei, beliau melakukan siaran di radio Swaragama FM, tentunya dengan semangat yang membara dan berapi-api beliau menerangkan tujuan dari simulasi demo tersebut yaitu sebagai pembelajaran dan praktek lapangan dalam mengemukakan pendapat sehingga mahasiswa nantinya mampu memobilisasi masa dan pemprovokasi serta berdemo dengan ramah dan sopan santun tanpa harus di iringi aksi pengerusakan dan bakar ban apalagi bakar mantan! Beliaupun dengna jelas dan gamblang memaparkan tuntutan-tuntutan apa saja yang akan diangkat pada simulasi demo nanti. Hasilnya tentu bisa di tebak sendiri 7000-an mahasiswa UGM tumpah ruah di depan Balairung, ini di klaim sebagai aksi masa terbesar setelah peristiwa 1998 dan okupasi mahasiswa Vokasi di akhir tahun 2011 silam, bahkan sampai tayang di RCTI, padahal ini cuman simulasi. Luar biasa bukan  rektor UGM ini?
            Setelah simulasi tanggal 2 Mei tersebut, kabarnya September nanti, Prof Dwikorita akan mencanangkan demonstrasi sebagai mata kuliah wajib dengan beban 4-8 SKS. Ini tentu merupakan angin surga bagi para aktivis kampus, mereka tidak perlu repot untuk TA dan bolos, cukup mengambil mata kulaih demonstrasi saja, aspirasi tersampaikan dapat nilai pula, syukur-syukur bisa lulus dengan predikat cumlaude. Bagaimana, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., ini memang idaman para aktivis mahasiswa bukan ?
            Coba bayangkan, untuk simulasi saja sudah 7000 mahasiswa, bagaimana kalau demo beneran? Bisa jadi seluruh mahasiwa UGM di tambah mahasiswa pasca sarjana, di tambah mahasiswa lain di luar UGM yang ikut bersolidaritas, pedangang kantin, pedagang sunmor dll. Ya, cukuplah untuk menumbangkan pemerintahan Jokowi saat ini.  Kalau sudah tumbang, jangan lupa langsung angkat Prof. Dwikorita sebagai Presiden, agar tiap tanggal 2 Mei kita libur dan bersama-sama melakukan simulasi di Istana Presiden.
            Sayangnya langkah Prof. Dwikorita ini tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari semua fakultas. Kabar terakhir menyebutkan bahwa ada salah satu BEM Fakultas di UGM berencana di bubarkan gara-gara ikut simulasi demo di Rektorat. Mudah-mudahan ini cuma salah paham akibat tidak mendengarkan seruan rektor di Swaragama malam sebelumnya.
            Nah, maka dari itu, untuk adik-adik yang baru lulus SMA apa sudah berpikir masak-masak untuk masuk UGM, untuk diajak demo bareng Bu Rektor? Untuk para aktivis kampus lainya apakah sudah terpikir untuk pindah kampus ke UGM ? Di sini bakal ada mata kuliah demo lhoo....
Gambar tema oleh Sookhee Lee. Diberdayakan oleh Blogger.