Menggugat Gadjah Mada



            “BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi mungkin bayi kurang gizi”    
            Lagi-lagi sebuah kebijakan yang tidak populer dilakukan pemerintahan terpilih, bahkan belum juga 6 bulan pemerintahan Jokowi-Jk menghianati janjinya untuk tidak menaikan harga BBM (baca: Jokowi Janji Tak Cabut Subsidi BBM ) . Nyatanya skarang harga minyak naik 2 ribu rupiah mungkin karena no urut mereka ketika kampannye itu no.2
            Malam ketika kenaikan harga BBM diumumkan, kebetulan tangki motor kosong, mau tidak mau ikutlah mengantri mengisi premium bersama yang lain, karena selang 4 jam dari situ harga premium sudah berubah menjadi Rp.8.500,00 disela-sela antrian, kebetulan berbincang dengan seorang bapak, ternyata ia dulu adalah penggemar Jokowi, ia pun mendukung Jokowi ketika Pemilu yang lalu. Sang bapak ini sangat kecewa sekali,
            “saya ini dulu dukung jokowi mas, katanya pro rakyat, tapi kok malah kayak gini, sama aja sama yang dulu-dulu. Ya kalau rakyat kecil seperti saya ini bisa apa, saya SERAHKAN saja pada mahasiswa, mereka kan yang punya tenaga, kalo saya demo yang ada dipecat perusahaan, mau makan apa anak istri saya mas” ujar si Bapak.
            Ya, sudah bisa ditebak, gelombang protes terjadi dimana-mana termasuk di Jogjakarta. Dari malam ketika diumumkannya kanaikan harga minyak sampai hari ini pun masih terjadi gelombang-gelombang aksi penolakan. Ada yang menarik yang terjadi di aksi hari ini, sekelompok mahasiswa dari berbagai kampus, diantaranya UIN, UNY, UII, UST, UAD dll, memulai aksi dari pertigaan UIN dimana tempat ini sekarang menjadi tempat favorit bagi para pengunjuk rasa untuk menyampaikan aspirasinya ketimbang di Bunderan UGM. Masa kemudian bergerak ke UNY. Di UNY masa diterima dengan baik, bahkan  mereka bisa berorasi didalam kampus UNY, samapai pada akhirnya masa tiba di Bunderan UGM. Setelah berorasi singkat, dan memepersilahkan “tuan rumah” (ketua BEM KM UGM) berorasi kemudian masa bergerak kedalam. Maksud hati menggelar orasi didalam, namun apadaya barikade SKK dan Polisi menghalangi (baca: Demo Tolak BBM, Mahasiswa Yogyakarta Ricuh dengan Pihak Keamanan UGM ), anehnya tidak ada tindakan dari sang “tuan rumah” untuk bernegosiasi dan mempersilahkan massa aksi untuk menggelar orasi di dalam, yang terlihat bahwa si “tuan rumah” ini hanya berdiri disamping masa aksi.
            Akhirnya masa aksi hanya menggelar orasi di depan pintu gerbang KIK, dan masih dijaga barikade SKK dan aparat kepolisian. Sebagai mahasiswa UGM, malu lah melihat kejadian seperti ini. Seolah-olah bahwa memang UGM ini sudah bukan lagi kammppus kerakyatan, bukan pula kampus perjuangan tapi sudah menjadi bemper birokrat! Apalagi seorang Jokowi adalah lulusan kampus ini, pun demikian dengan susunan kabinetnya yang juga merupakan lulusan kampus ini, bahkan mantan rektornya pun. Ditambah lagi dengan sikap mahasiswanya yang sebagian besar tidak perduli lagi dengan kondisi rakyatnya, semakin memperjelas bahwa sekarang UGM adalah bemper para birokrat anti rakyat! Seperti kata Sudjiwotedjo dalam salah satu kicauannya di twitter yang kira-kira yaitu “Bagaimana Indonesia mau maju wong UGM nya gini-gini aja”
            Kalau saja mau menggugat kondisi sekarang ini, maka tidaklah salah jika kita juga menggugat UGM sebagai kampus yang melahirkan begitu banyaknya birokrat, pemikir, akademisi, bahkan samapai penguasa, baik itu RI1 maupun RI2 lahir dari kampus ini. Ini berarti selama ini UGM sebagai kawah candradimuka bagi mahasiswanya telah gagal menghasilkan pemimpin-pemimpin pro rakyat, birokrat-birokrat bersih. Saya kira sudah banyak buktinya, tidak perlu dipaparkan lagi.
            Dengan keadaan demikian, dapatkah sekarang UGM dikatakan sebagai kampus penjajah?
kalaupun saya mau rasis, sesungguhnya Indonesia sekarang dikuasai orang Jawa. Lihatlah berapa Presiden kita yang berdarah Jawa? Lihatlah berapa orang Jawa yang menjadi kepala-kepala instansi di berbagai daerah lain? Berapa banyak orang jawa yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia? Berapa banyak orang Jawa yang bekerja di Perusahaan-perusahaan asing di luar Pulau Jawa? Berapa banyak pemberitaan mengenai keadaan-keadaan di luar Jawa? Saya kira anda bisa menjawabnya sendiri.
            Pun jika kita melihat sumpah Palapa dari Gadjah Mada, dimana ia berambisi menyatukan Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, bukankah itu juga adalah sebuah bentuk penjajahan, mengingat daerah-daerah yang ia coba satukan sudah berbentuk kerajaan yang mempunyai kedaulatannya masing-masing yang kemudian ia taklukan? Dapatkah kiranya itu dikatakan sebagai penjajahan terhadap kerajaan lain?
            Dan jika anda membaca buku “Urang Sunda” karya Ajip Rosidi yang menggambarkan karakteristik dari orang sunda dari sudut pandang sastra dan sejarah, anda akan dapatkan cerita sejarah tentang Dipati Ukur yang memberontak kepada Mataram, karena pada waktu itu tatar sunda dikuasai Mataram. Sebegitu hebatnya kekuasaan Mataram, bukan hanya kewajiban membayar upeti saja, bahkan sampai dalam hal kebudayaan pun mereka menjajahnya. Sebelum datangnya Mataram, Sunda tidak mengenal “undak-usuk basa”, Sunda itu demokratis, tidak membeda-bedakan. Tetapi setelah kedatangan Mataram, munculah “undak-usuk basa”, yaitu tatacara berbahasa, yaitu bahasa halus, sedang, dan kasar. Bukankah itu juga adalah sebuah bentuk penjajahan?
            Ah, lupakanlah tulisan diatas tadi, itu hanyalah pikiran sesat saya saja, tidak ada maksud untuk mendeskreditkan salah satu suku di Pulau Jawa itu, toh sekarang ini kita ada dalam satu kesatuan Republik Indonesia, sudah sepatutnya sekarang kita melepaskan kesukuan dan bersama bahu-membahu membangun masyarakat sejahtera. Sebagai mahasiswa UGM, contohlah mereka yang kuliah di UGM, yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat, contohlah mereka yang pro pada buruh, tani dan nelayan, mereka yang senantiasa ada dalam barisan terdepan menolak kedzaliman janganlah contoh mereka-mereka yang walaupun sukses menjadi pemimpin, memiliki jabatan tapi jadi birokrat coro, antek asing dan aseng. Jikapun sekarang ini UGM lebih sibuk mengurusi untung-rugi dibisnis pendidikan daripada mengurusi persoalan-persoalan bangsa, maka bangkitlah, lawan, dan kembalikan kampus kerakyatan itu! Kembalikan kampus perjuangan itu!! Bukan untuk aku,kamu, tapi untuk kita semua, pun bukan demi surga atau neraka tapi untuk kesejahteraan bangsa!!

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Sookhee Lee. Diberdayakan oleh Blogger.