KPMBC Yogyakarta Kalangan Intelektual Yang Menjadi Poros Tengah Bobotoh Persib Di Yogyakarta

Sejarah baru tercatat dalam dunia per-bobotoh-an di Yogyakarta. Setelah sebelumnya kelompok bobotoh di Yogyakarta di monopoli oleh Viking Yogya selama hampir 5 tahun, di tahun ke 5 itulah mulailah bermunculan kelompok-kelompok bobotoh lainnya yang tidak lain dan tidak bukan, baik langsung maupun secara tidak langsung sebetulnya Viking Yogya lah yang ikut membidani berdirinya kelompok-kelompok tersebut. Pun sebetulnya kehadiran kelompok-kelompok bobotoh itu tidak lepas juga dari trend perkembangan di Indonesia yang sekarang banyak mengadopsi gaya (dalam arti sebenarnya) suporter-suporter Eropa dalam, hal ini Inggris untuk masalah berpakaian dan Italy untuk masalah cara/bentuk kreatifitas dukungan.

Tercatat hari ini ada 3 kelompok bobotoh persib di Yogyakarta, yaitu Viking Yogyakarta, Yogyakarta Crew (ex: FCC) dan yang terbaru Bobotoh Liar Yogyakarta. Yang dari kedua kelompok baru tersebut merupakan kader jebolan Viking Yogya sendiri. Dalam hal ini Viking Yogya telah berhasil menciptakan kader-kader yang handal yang mampu mendirikan kelompoknya sendiri, ibarat partai Golkar yang dari kader-kadernya mampu mendirikan partai-partai baru, ini adalah bukti nyata dari sistem demokrasi dimana setiap individu dan kelompok berhak mengekspresikan pemikirannya sendiri. 

Alih-alih mendapatkan dukungan dan meramaikan dunia per-bobotoh-an di tanah Mataram,
kemunculan kelompok-kelompok baru tersebut malah menimbulkan perselisihan dan perang dingin diantara mereka. Terlebih antara Viking Yogya dan Yogyakarta Crew (dulu bernama 0274 Crew) yang sudah satu tahun ini , karena kemuculan Bobotoh Liar Jogja baru beberapa bulan ini. Sikap sensitif, antipati dan saling sindir satu sama lain mewarnai keberadaan mereka tersebut, tak ayal momentum ini sempat dimanfaatkan oleh suporter rival untuk semakin memantafkan eksistensi keberadaan mereka di tanah mataram, yang selama ini Bobotohlah (Viking Yogya) suporter luar jogja yang cukup nge-hits. Entah apa yang melatar belakangi terjadinya perang dingin tersebut, namun rasa-rasanya ini sudah menjadi sunatullah ketika muncul kelompok baru dengan haluan yang sama, apalagi dulunya adalah mantan anggota sendiri, maka si "tuan tanah" akan merasa terancam eksitensinya, maka dengan demikian rasa cemburu tersebut aka muncul dan keinginan untuk melenyapkan kelompok-kelompok baru tersebut pasti ada. Kiranya hal-hal seperti ini juga terjadi untuk beberapa kelompok suporter lainnya. Ini ibarat perselisihan antara Golkar dan Nasdem dimana Golkar lebih memilih untuk mendukung Prabowo dalam Pilpres yang lalu sedangkan Surya Paloh dengan Nasdemnya memilih berada di kubu Jokowi, padahal dulunya  Siluman Dagu Panjang dan Si Brutus tersebut berada pada satu partai yang sama saling bahu membahu membangun Golkar, seperti itulah kiranya gambaran kelompok bobotoh di Yogyakarta ini.

Rekonsiliasi bukan tidak pernah terjadi, 2 kali mengadakan diskusi dengan maksud untuk menyatukan kembali dua hati, namun apa daya sang mantan sudah punya tambatan hati, hingga akhirnya kata sepakat tak pernah terjadi. Hingga akhirnya ibarat SBY dan Megawati, jangankan saling bertatap muka saling sapa pun tak pernah terjadi lagi. Desas-desus mengenai kemunculan kelompok terbaru pun muncul, hingga akhirnya terbukti benar, ada lagi kelompok baru yang dinamakan Bobotoh Liar Jogja, maka semakin ramailah, entah apa yang melatar belakangi berdirinya kelompok ini, yang pasti ini adalah pertanda baik jika dilihat dari sisi persaingan politik dan kreatifitas untuk bobotoh yang ada di Yogyakarta, juga pertanda baik untuk pertumbuhan ekonomi mikro, karena sudah barang tentu kehadiran partai-partai baru itupun akan mengiringi kelahiran logo-logo baru, setidaknya ini akan menambah orderan dan pemasukan untuk tukang stiker dan tukang sablon tentunya. 

Setelah 2 kali rekonsiliasi yang gagal tersebut, angin segar muncul ketika secara tiba-tiba KPMBC (Keluarga Mahasiswa Bandung-Ciamis) mengajak bertanding futsal via twitter kepada akun Bobotoh UGM*. Kenapa kepada bobotoh UGM? karena pada suatu ketika yang entah tanggal berapa yang pasti ketika pertandingan Persib vs Persija, si bobotoh UGM pernah ikut nonton bareng yang diadakan KPMBC di salah satu cafe di bilangan seturan sana, dari situlah terjalin komunikasi antara bobotoh UGM dan KPMBC. Dari situ diputuskanlah untuk mengadakan pertandingan persahabatan segitiga antara KPMBC, Viking yogya dan Bobotoh UGM. Karena kedekatan personal dan kedekatan kultural antara Bobotoh UGM dan Yogyakarta Crew, maka secara otomatis, baik langusng maupun tidak langsung bobotoh UGM menggandeng Yogyakata Crew, walaupun sempat terjadi salah faham sebelumnya karena tidak ter-mention di twiter, namun setelah di jelaskan maka itu sudah tidak menjadi masalah. Mengingat di Yogyakarta ini bukan hanya ada Viking Yogya dan Yogyakarta Crew, tetapi ada juga Bobotoh Liar Jogja, maka si Bobotoh Liar pun diundang untuk ikut turnamen tersebut, walaupun awalnya menolak karena ada rasa tidak enak dengan Viking Yogya, ya maklum lah ada rasa tak enak sama mantan, apalagi baru putus hehehe..

Gayung bersambut, setelah berkomunikasi yang cukup intens melalui BBM, maka diputuskanlah sebelum bertanding futsal untuk terlebih dahulu nonton bareng PERSIB vs Semen Padang, yang mana itu adalah pertandingan pembuka Liga Indonesia musim 2015 ini. Nonton bareng antara KPMBC, Viking Yogya, Yogyakarta Crew dan Bobotoh Liar Jogja lantas sehabis itu langsung menuju lapangan futsal yang lokasinya tidak jauh dari tempat nonton bareng tersebut. Sebelum hari-H dimulai, dikarenakan ke-4 pihak tersebut belum pernah ketemu satu sama lain sebelumnya, acara ngopi-ngopi pun dirancang. Bertempat di warung kopi Semesta di jalan Abu Bakar Ali, inilah kali pertama seluruh (perwakilan si sebenarnya) kelompok bobotoh di Yogya dapat duduk dalam satu meja sambil ngopi tanpa saling singgung satu sama lain, bahkan yang terjadi hanyalah canda-tawa, seolah-olah tidak ada perang dingin yang terjadi diantara mereka. Mungkin ini adalah berkah di hari paskah, walaupun pada waktu itu hujan besar menghampiri, hal tersebut tidak menjadi halangan bagi ke tiga kelompok bobotoh tersebut untuk bertemu dan ngopi bersama dan ini adalah kali pertamanya terjadi setelah perang dingin yang berlarut-larut tersebut. Entah kebetulan atau tidak, pada hari jumat itu pula terjadi saresehan suporter nasional di kota Solo, berbagai kelompok suporter duduk dalam satu meja membahas persepakbolaan nasional. Sepertinya ini adalah tanda kemajuan suporter dan sepakbola Indonesia.

Keesokan harinya, acara nonton bareng Persib vs Semen Padang di Angkringan Regol yang notabene adalah tempat nobar milik Viking Yogya berjalan lancar, bahkan Viking Yogya sendirilah yang berinisiatif menawarkan tempatnya untuk dijadikan tempat nonton bareng, yang mana sebetulnya si tuan rumah acara nonoton bareng tersebut adalah pihak KPMBC. Sorak-sorai bergembira, semua orang ikut merasakan euforia dari nobar tersebut, baik itu KPMBC, Viking Yogya maupun Yogyakarta Crew, semua ikut larut menikmati jalannya pertandingan yang disajikan dalam layar infocus. Tidak terjadi gesekan satu sama lain, semua menyadari bahwa yang hadir dalam tempat itu adalah bobotoh. Dan seperti biasa, dalam jeda pertandingan selalu ada hal yang disampaikan, disini dijelaskan pada khalayak ramai bahwa yang punya acara adalah pihak KPMBC, serta di tempat itu pula hadir beberapa kelompok bobotoh lainnya, bukan hanya ada Viking Yogya, selain itu masing-masing perwakilan kelompok pun dipersilahkan memperkenalkan kelompoknya masing-masing. Di akhir pertandingan yang sekaligus diakhir acara nonton bareng, semua (perwakilan si sebenarnya) kelompok yang hadir saling bersalaman dan bergandengan tangan, sebagai tanda "Kabeh Dulur" dan menghilangkan citra bahwa selama ini terjadi perpecahan antar bobotoh di Yogyakarta, serta sebagai komitmen untuk saling menjadi satu sama lain, bukan hanya menjaga sesama bobotoh tetapi juga sesama orang sunda yang ada di Yogyakarta dan terus menjaga tali silaturahim diantara semuanya. 

Seperti kesepakatan, selesai nobar maka dilanjutkan dengan bermain futsal bersama. Seperti sejatinya pertandingan sepakbola yang sesungguhnya, tidak ada aroma rivalitas didalamnya, yang ada hanyalah canda, tawa dan cape tentunya karena pertandingan futsal berjalan selama 3 jam. Selesai futsal di tutup dengan acara foto bersama di dalam lapangan, sebagai tanda kenang-kenangna bahwa hari itu pernah terjadi, hari dimana antar kelompok dapat akur, satu sama lain saling menghilangkan identitas kelompoknya, bahkan KPMBC yang notabene adalah golongan intelektual pun bisa ikut campur dalam riuhnya suka cita dalam menonton dan bermain bola (walau sebenarnya futsal). 

Dari situ dapat disimpulkan bahwa masing-masing dari kita sebenarnya mampu untuk menghilangkan sejenak embel-embel kelompok untuk meraih satu tujuan yang sama. Selain itu pula terbukti bahwa kalangan intelektual mampu meredam konflik kepentingan anta golongan untuk mencapai satu hal yang lebih baik, dan juga mampu menyelesaikan masalah yang selama ini sulit diselesaiakan bahkan oleh kedua pihak yang bertentangan. Pun sebenarnya selama ini kalangan intelektual lah yang mampu menumbangkan rezim-rezim dzalim yang tidak pernah berpihak pada rakyat, bahkan lebih jauh lagi ide-ide kemerdekaan hadir dari kalangan intelektual pula. Dan hari ini kalangan intelektual, dalam hal ini KPMBC Yogyakarta** mampu menjadi sabun yang berperan sebagai katalisator yang menyatukan antara minyak dan air yang selama ini sulit untuk dapat duduk bersama. Maka dari itulah kehadiran kalangan intelektual sangatlah penting terlebih lagi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, slogan-slogan bahwa kalangan intelektual sebagai agen perubahan haruslah nyata, bukan hanya romantisme dan simbol-simbol belaka. Hari ini sudah sepantasnya lah para golongan intelektual mulai kembali membuka mata, telinga dan hatinya, bahwa sampai saat rezim yang ada masih mengolok-olok kesejahteraan rakyatnya, lebih serius membahas DP mobil pejabat dibandingkan membahas perut-perut yang busung karena kelaparan. 

Menyelesaikan masalah suporter saja yang notabene kelompok yang sulit dimengerti bisa, harusnya menyelesaikan busung lapar lebih mudah. Hidup ah! 



Perwakilan tiap kelompok saling bersalaman, sebagai simbol persaudaraan
Foto bersama setelah Futsal
Nb: 
* Perlu di catat bobotoh UGM bukanlah sebuah kelompok Bobotoh, itu hanyalah akun yang awalnya dibuat untuk menarik bobotoh yang ada di UGM untuk ikut bergabung bersama Viking Yogya yang pada saat itu sempat vakum seiring dengan kekisruhan sepakbola Indonesia, hingga dapat dikatakan pada saat itu Viking Yogya kehilangan masa.
** Untuk hal ini, sebagai orang yang pernah menjadi bagian dari salah satu kelompok suporter menyampaikan apresiasi dan rasa terimakasih setinggi-tingginya untuk KPMBC Yogyakarta yang berhasil menyatukan kembali kelompok-kelompok Bobotoh Persib di Yogyakarta

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Sookhee Lee. Diberdayakan oleh Blogger.